Kamis, Februari 21, 2008

Keanehan di SAMSAT

       Ada hal yang cukup menarik waktu tadi ke kantor samsat Subang buat perpanjang STNK, biasanya klo kita datng ke parkiran samsat, selalu saja ada orang yang nyamperin buat nawarin “jasa” untuk membantu mempercepat pengurusan STNK, tapi pagi itu ternyata tidak ada satupun orang yang menghampiri saya, hati kecil pun bertanya “ada apa gerangan tumben g ada yang nyamperin”. Akhirnya pertanyaan hati kecil ini pun terjawab waktu mau foto copy STNK+KTP, tukang FC bilang “STNK mah g usah di FC, BPKB aja yang di copy-nya”, terus sambil ngobrol sama orang disebelah yag mau FC juga “sekarang mah ngurus STNK harus sama yang punya-nya, g bisa diwakili”, “wah gimana atuh” kata hati kecil ini, akhirnya saya pergi dari tempat fotocopy-an dengan hanya meng-copy KTP, lalu saya meluncur pulang untuk membawa BPKB, terus balik lagi ke samsat pas ke bagian pendaftaran ternyata g diterima, katanya harus sama yang punya-nya, terus saya bilang ini punya orang tua saya, beliau lagi sakit, pak polisi bilang, disuruh bawa KK (kartu Keluarga) dan yang perpanjangnya harus orang yang tercantum di KK itu, akhirnya saya balik lagi k rumah bawa KK. Akhirnya setelah 3x bulak-balik perpanjangan STNK bisa diproses, dan hebatnya tidak menunggu waktu lama akhirnya proses perpanjangan STNK selesai.
       Sempet sih denger selentingan orang yang ngomong “ko tampaka dipersulit ya pengurusannya” saya sih senyum-senyum aja denger omongannya bapa disebelah say, soalnya saya fikir ini suatu terobosan yang sangat baik, meminimalisir pungli-pungli dan kongkalikong calo-petugas samsat, yang akhirnya juga berimplikasi pada kenyamanan konsumen, soalnya harga bisa lebih murah karena uang pendaftaran sudah tidak dibebankan kepada konsumen, tapi sebagai gantinya kita diminta mengisi form-form sederhana untuk melengkapi pendaftaran.
       Salut saya sama samsat subang (soalnya di samsat lain g tau gimana), akhirnya ada juga yang sanggup memangkas birokrasi2 yang g penting, yang hanya memberatkan konsumen, soalnya kan di Indonesia hal2 yang berkaitan dengan uang dan birokrasi itu sulit di berantas, samapai2 sempat ada yang mengemukakan pendapat yang ekstrem (termasuk saya) untuk mengobati penyakit birokrasi yang sudah kronis adalah memotong satu generasi orang-orang yang sudah lama bercokol dengan orang-orang baru yang masih fresh belum terkontaminasi pemikiran-pemikaran korup, eh tapi ternyata masih ada secercah kecil harapan bahwa ternyata perbaikan birokrasi (tidak) harus dengan cara tadi.
       Tapi yang bikin saya sedih, kinerja bapak2 polisi di samsat tidak berbanding lurus dengan polantasnya. Sebelum menuju samsat ada sebuah perempatan yang lampu stop-an nya tidak berfungsi, eh tapi di suatu sudut jalan dibawah pohon dan terhalangi mobil patroli ada beberapa polisi (senior+baru) sedang asyik bercengkrama sambil mendegarkan mp3 yang mengalun dari Hp-nya (soalnya saya liat salah satu polisi memeakai head set), hati ini serasa miris sekali. Bukannya mengatur lalu lintas eh ini malah ngobrol-ngobrol di pinggir jalan, paradox gitu loh!!!!!.
Terakhir TEN TUMBS UP buwat bapak-bapak di samsat subang (bukanya nyombongin subang tapi soalnya di daerah lain g tau apa udah kaya gitu), n C.A.P.D buwat bapak-bapak polantas...............................

Tidak ada komentar: